Menkes Budi Gunadi Dorong Orangtua Lengkapi Imunisasi Anak untuk Cegah Penyakit
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dorong orangtua lengkapi imunisasi anak. Imunisasi lengkap dapat menjaga anak anak tetap sehat dan merupakan cara mencegah timbulnya penyakit. “Lebih baik promotif preventif daripada kuratif, lebih baik beresin masalahnya di hulu maupun di hilir, lebih baik sekarang daripada telat gitu kan," ungkap Budi dalam acara National Immunization Champion Workshop bersama Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Jumat (8/3/2024).
Selain imunisasi, Budi juga mendorong masyarakat untuk rajin melakukan skrining untuk mengetahui apakah ada penyakit atau tidak. Sebelumnya imunisasi di Indonesia ada 11 antigen saat ini, sudah direkomendasi menjadi 14 antigen imunisasi. "Kita tambahnya tiga. Satu Pneumococcal Conjugate Vaccine (PCV) untuk pneumonia, kemudian rotavirus itu buat diare, kemudian HPV itu untuk kanker serviks," papar Budi.
Respon Menkes Budi Gunadi Soal Efek Samping Vaksin Covid 19 AstraZeneca Sebabkan Pembekuan Darah SOSOK Budi Gunadi Sadikin, Jebolan Fisika Nuklir yang Jadi Menkes, Kini Jadi Ketua MWA ITB Pekan Imunisasi Sedunia, Kolaborasi Dorong Peningkatan Jumlah Anak Indonesia Dapat Vaksinasi
Jangan Cemas, Berikut Tips Bagi Orangtua Saat Anak Dapat Jadwal Ganda Imunisasi Puskesmas I Denpasar Timur Gelar Imunisasi Anak, Termasuk Pencegahan Stunting dan Penyakit Lainnya 80 Persen Penyakit Langka Dialami Anak anak, Ini Gejala yang Patut Diketahui Orangtua
12 Manfaat Kunyit untuk Kesehatan Tubuh, Cegah Kambuhnya Penyakit Maag "Nah dua dari tiga yaitu PCV dan rotavirus kita berikan karena kita lihat nih anak anak kita paling banyak meninggalnya gara gara apa? Balita kita (itu penyebab) kematiannya tinggi," tambah Budi. Perlu diketahui jika saat ini salah satu penyebab utama kematian tinggi pada balita adalah infeksi.
Infeksi tertinggi adalah pneumonia dan diare. Saat ini, kedua jenis penyakit ini sudah memiliki vaksinasi. “Preventif itu salah satunya adalah imunisasi. Nah, imunisasi itu harus diberikan secara lengkap untuk melindungi anak anak kita supaya nanti daya tahan tubuhnya lebih siap,” tegasnya. Dalam kesempatan yang sama, Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Piprim Basarah Yanuarso menjelaskan soal workshop imunisasi yang digelar.
Menurutnya, workshop ini mengundang 30 cabang dokter anak di seluruh Indonesia. Selain dokter anak, IDAI mengundang stakeholder lain seperti kelompok guru, ulama, dan masyarakat lain. “Ini supaya imunisasi itu bukan hanya miliknya dokter tapi awareness nya itu juga dibantu penyebarannya oleh kelompok masyarakat. Saya kira ini akan sangat efektif kalau menyebarkan (edukasi) imunisasi dengan bahasa mereka,” kata dr Piprim.
Lebih lanjut, piprim menilai, jika guru guru ikut terlibat dalam kampanye imunisasi di sekolah maka hasilnya akan jauh lebih efektif. “Apalagi HVP ini nanti di usia sekolah ya, nanti akan jauh lebih efektif dibanding dokter aja (yang kampanye. Jadi dokternya, guru gurunya, orangtuanya, perkumpulan orangtua muridnya itu saya kira perlu dilibatkan semua," tambahnya. Pada kegiatan ini, Piprim pun menargetkan peserta terkait cara komunikasi saat menghadapi orang orang yang ragu mendapatkan imunisasi.
"Menyusun program di daerahnya masing masing untuk advokasi imunisasi. Jadi enggak selesai sekarang, makanya ini program dua tahun karena kita enggak mau hit and run. Ini terus dikawal dan ada hasil signifikan yang bisa kita dapat di akhir," tutupnya. Artikel ini merupakan bagian dari KG Media. Ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya.